Hari Minggu (9/10) kemarin, saya bersama Wulan berkunjung ke Rumah Baca Meretas Ruku. Rumah baca ini diprakarsai oleh teman kami, Dwi Titi Maesaroh, yang merupakan salah satu mahasiswi berprestasi, dan sekarang masih menimba ilmu di UAD Yogyakarta.

Rumah Baca Meretas Ruku ini berada di Pagerjirak, Kejobong, di ujung timur Purbalingga, berjarak sekitar 20 km dari pusat kota. Rumah baca ini baru dibuka tanggal 2 Oktober 2011, dengan jumlah anggota sebanyak 53 orang, sasaran utama adalah warga di lingkungan sekitar, terutama anak-anak usia sekolah dasar.
Meretas Ruku adalah sebuah singkatan dari Menembus Batas Ruang dan Waktu, dengan beberapa penggambaran seperti yang ditulis oleh pemiliknya dalam sebuah event di akun facebook,
Manusia memiliki banyak keterbatasan. Tapi manusia bisa menjadikan keterbatasan itu sebagai sebuah tantangan untuk ditaklukan. Manusia belajar – menembus batas-batas ruang dan waktu.keberadaan rumah baca ini dimaksudkan untuk mengenalkan dunia luar melalui buku.
Buku – adalah alat transportasi tercanggih. Ia bisa membawa kita bepergian ke Eropa, Amerika, kutub utara, ke ujung dunia atau bahkan ke bulan dan bintang di angkasa.
Buku – adalah mesin waktu. Ia bisa mengajak kita kembali ke masa-masa lampau, zaman pra-sejarah, zaman batu, masa Rasulullah dan sahabat, dan waktu-waktu lain yang kita inginkan.
Mari bantu mereka, beri mereka inspirasi dan keberanian untuk beranjak dari keterbatasan.
" href="http://lh3.ggpht.com/-MKWb3Ev66WE/TpG8Y0Qu82I/AAAAAAAAAYU/J2ZGQj7hOY8/IMG_0277%252520%252528Custom%252529.JPG" rel="lightbox-4e9242a2f3d3b">
Koleksi buku dari Rumah Baca ini berasal dari sumbangan beberapa teman, yang jumlahnya tergolong masih sedikit. Rumah baca ini juga masih membuka kesempatan bagi siapa saja yang ingin berbagi ‘ruang dan waktu’ untuk anak-anak di sana.
Jam menonton berkurang
Karena sang pemilik masih berada di Yogyakarta, kami hanya bisa menemui adiknya, yang bertugas sebagai pengelola, dengan dibantu ibunya.
Menurut pengakuan ibunya, pada awalnya beliau merasa pesimis, rumah baca yang diprakarsai Dwi Titi ini tidak mendapat perhatian dari warga. Namun, dalam kenyataannya, hampir setiap hari ada saja anak/warga sekitar yang nongkrong di tempat tersebut entah membaca atau sekedar bermain scrabble.
Selain itu, setelah dibukanya rumah baca ini, jam menonton TV anak-anak pun menjadi berkurang, karena perhatian mereka sudah disita oleh asyiknya membaca.
Inspiratif! Ayo, ada yang mau nyumbang buku lagi? Heheh..

Creat by : Afit Setiadi
0 Comend:
Posting Komentar